Berita

TBI-APHI International Wood Trade Event 2016 “Indonesian Tropical Hardwood – Berkelanjutan, Kualitas, Bergaransi“

February 2, 2016

APCS telah diundang di Seminar Internasional Perdagangan Kayu yang diselengggakan oleh The Borneo Initiative (TBI) dan APHI, yang diselenggarakan di  Hotel Majapahit, Surabaya pada tanggal 25-26 Januari 2016. Melalui seminar ini APCS mengetahui tentang sejarah keberhasilan hutan-hutan Indonesia terhadap pengelolaan hutan yang berkelanjutan. APCS mendapatkan informasi tentang konsesi dan industri yang baru disertifikasi, dan juga memahami mengenai perkembangan pasar untuk mengubah pandangan kepada langkah-langkah peningkatan perdagangan.

Apa saja yang didapat oleh APCS dari seminar ini?

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pentingnya Sertifikasi

            Di tengah keprihatinan global saat ini yang berfokus pada pengurangan perubahan iklim, konservasi hutan, kerusakan akibat kebakaran hutan, dan lainnya,. dalam kenyataannya, sektor kehutanan Indonesia mengambil langkah-langkah yang signifikan menuju hutan keberlanjutan dan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Pemerintah meluncurkan program sektor-luas yang wajib patuh  (mandatory) dengan penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dengan fokus pada hukum asalnya dan memenuhi standar pengelolaan hutan. Selain itu, pemerintah juga terus mengembangkan system online khususnya bagi hutan yang bersertifikat. Ditambah, hampir seperempat dari semua hutan-hutan konsesi yang aktif mengambil langkah tambahan melalui sertifikasi secara sukarela (Voluntary) yang dalam hal ini menggunakan skema FSC (Forest Stewardship Council). Pengelolaan hutan berkelanjutan memberikan manfaat pada flora dan fauna dan masyarakat setempat. Jadi sertifikasi FSC adalah sebagai jalan menuju pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

            Secara keseluruhan, The Borneo Initiative adalah lembaga nirlaba terbesar yang mendukung sertifikasi hutan untuk wilayah tropis, baik dalam hal wilayah dan jumlah perusahaan yang terlibat. The Borneo Initiative beroperasi sebagai platform yang menjalin kemitraan antara berbagai organisasi seperti APHI, TFF, TFT, TNC dan GFTN, pemerintah , perusahaan kayu asing, dan dengan lembaga-lembaga sertifikasi baik FSC maupun SVLK.

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah tradisi dalam kualitas, meningkatkan daya saing sektor kehutanan.

            Industri kayu di Indonesia punya reputasi pada tukang dan kualitas.dengan kesanggupan untuk memenuhi standar produk internasional.  Industri kayu indonesia mampu memenuhi pasokan tripleks, bahan lantai kayu, geladak, papan hias tembok dan mebelnya, kayu taman, perabotan di dalam dan di luar ruangan, dan bilah kayu bersertifikat.

 

Hentikan Deforestasi

            Hampir 20% dari emisi CO2 terkait dengan deforestasi, di Indonesia 1,8 juta hektar hutan tropis hilang per tahun untuk pembukaan industri perkebunan atau terdegradasi akibat dari penebangan hutan yang tak terkendali. Proses deforestasi harus dihentikan, dengan membuat batas yang jelas, sehingga sektor pertanian tidak dapat berkembang di kawasan hutan, Sebagai gantinya, sektor pertanian dapat diarahkan untuk berkembang ke lahan yang terdegradasi dan terbengkalai.

 

*Bapak Loy Debral Jones sebagai Manager Group APCS berpidato mengenai pentingnya sertifikasi untuk hutan berkelanjutan yang berpengaruh pada pasar kayu Indonesia, keuntungan perusahaan maupun pemerintah, dan mengenai isu-isu tentang hutan di Indonesia.

 

Jaminan persediaan terbaik di berbagai spesies

            Indonesia punya wilayah yang luas untuk hutan produksi, yang terdiri dari hutan tanaman dan hutan alam. Hutan-hutan memproduksi berbagai jenis kayu keras tropis dengan kapasitas persedian jangka panjang yang dapat diandalkan.

            Misi dari The Borneo Initiative adalah untuk mempertemukan penawaran dan permintaan kayu “bersertifikat”, sehingga dapat mendorong penawaran yang lebih baik dan meningkatkan permintaan yang menguntungkan bagi industi kayu dan konsumen. Sebagian besar kayu yang digunakan dalam konstruksi di Belanda berasal dari Indonesia. Berkat program tersebut, kayu bersertifikasi FSC akan menjadi pilihan yang paling disukai untuk pembangunan puluhan rumah untuk tahun-tahun mendatang.

 

Acara yang berlangsung selama 2 hari ini dihadiri oleh pengusaha yang berkecimpung di dunia kehutanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, ditutup dengan kunjungan pabrik PT, Sumbermas Indah Plywood.

 

Sumber : Tim APCS (James Simatupang dan Fauzan Kurniawan) dan www.theborneoinitiative.org

Posted in HCV, Ecosystem, Forest Management, Sustainability
TOP